Hujan sudah mulai reda dan malam pun sudah mulai larut, suara binatang malam semakin ramai mengisi keheningan malam, kodok dan jangkrik seakan tidak ada yang mau mengalah saling sahut menyahut menasbihkan bahwa merekalah binatang malam yang sebenarnya, merdu nian nyanyian mereka sedikit menemaniku di keheningan malam.
Mata masih menunggu si ngantuk yang masih belum datang berkunjung, entah mampir kemana dulu si ngantuk yang di tunggu-tungu dari tadi, padahal sudah dari petang tadi ditunggu. jari-jari tangan, kaki dan telinga pun ikut gelisah menunggu.
Dingin telah menusuk dari belakang, tanpa suara dan tanpa permisi, tulang belulang pun berdarah mengalir hulu hilir membasahi badan yang mulai terasa menua, kepala pun rindu tahta kerajaan yang tipis keras selalu dirindukan.
Tetesan gerimis mulai menghilang, kamar kecilku mulai kehilangan irama gemercik air diatas mahkotanya, membuat kesunyian malam ini semakin menjadi, ku tatap jendela hanya terlihat pekatnya malam tanpa bintang tanpa bulan, kupalingkan pandangan dari jendela namun yang ada cuma dinding kamarku yang berwarna kuning pucat kusam tidak terawat, dari sudut-sudut kamarku ku cari sesuatu untuk menemani kesunyianku tapi kesia-siaan yang aku dapatkan.
Dalam hati berkata, aku hanya manusia, yang sangat mengharapkan belas kasihan dari penciptanya, sangat mengharapkan cintanya, sekarang, besok, lusa, dan besok lusa, sampai aku menutup mata, dan aku berharap nyanyian jangkrik diluar sana menjadi do’a bagiku agar cintaku di terima olehNYA. Aku yang berselimut dosa, benar aku berselimut dosa.
Hanya satu yang aku minta, tutuplah mataku jika aku sudah bisa mencintaimu, tutuplah mataku jika di mataku sudah ada orang yang palin kau sayangi, dan tutuplah mataku sesudah aku mengucap Nama-MU dan Nama orang yang palin ENGKAU sayangi.
Selengkapnya...